Minggu, 31 Juli 2016

Mahasiswa UGM yang Ideal di Era Globalisasi

MAHASISWA YANG LAHIR ERA GLOBALISASI


Sebelum membahas peran mahasiswa di era globalisasi, kita perlu mengetahui arti dari kata mahasiswa tersebut. Mahasiswa adalah orang yang belajar diperguruan tinggi. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989). Mahasiswa menurut Knopfemacher dalam Sarwono, 1978) adalah merupakan insan-insan calon sarjana yang dalam keterlibatannya dengan perguruan tinggi (yang makin menyatu dengan masyarakat), di didik dan di harapkan menjadi calon-calon intelektual. Jadi mahasiswa adalah pelajar yang sedang menuntut ilmu di suatu perguruan tinggi, membawa nama almamater kampus mengikuti dinamika akademik dalam setiap periode dengan sistem semester.
Kita telah mengetahui sedikit apa itu mahasiswa. Selanjutnya akan di bahas menganai perannya di era globalisasi sekarang. Mahasiswa memiliki peran agen of change yaitu generasi yang membawa perubahan, selain itu mahasiswa juga meruakan calon pemimpin di masa yang akan datang. Dalam era globalisasi ini, kita dapat menemukan mulai dari satuan, puluhan, ribuan, ratusan, bahkan jutaan mahasiswa dunia terjerumus ke dalam pergaulan yang tidak benar.. Karena mahasiswa sebagai agen perubahan dan pemimpin di masa depan, maka banyak harapan yang mengalir kepada mahasiswa, agar membentengi dirinya dari tindakan negatif, apapun yang bersifat haram, dan yang pasti berhati-hati dengan budaya barat, yang terus menerus masuk ke Negara Indonesia tersebut. Kepemimpinan mahasiswa saat ini ditunggu oleh masyarakat, baik saat ia masih mahasiswa maupun saat ia sudah menjadi alumni perguruan tinggi. Saat menjadi mahasiswa, kepemimpinan ini bisa dilatih dan dibentuk, adalah tanggung jawab lembaga kemahasiswaan untuk mampu menciptakan sebanyak-banyaknya mahasiswa yang memiliki karakter pemimpin dengan berbagai macam aktivitas.
            Untuk mahasiswa UGM sendiri, diharapkan mampu meregenerasi kepemimpinan yang masih kurang baik, sehingga terbentuk banyak calon pemimpin masa depan negeri ini yang mempunyai nilai, kemampuan, potensi yang layakk dalam membangun, memimpin, memperjuangkan negeri ini. Selain itu, mahasiswa juga bisa memimpin masyarakat dengan membangun opini yang positif dan solutif sehingga memberikan inspirasi kepada masyarakat untuk bergerak, berubah, dan memperbaiki dan koreksi apa yang salah dalam diri sendiri agar menjadi warga negara yang maju.
Negara Indonesia bukan lagi “sangat berharap”, tetapi lebih tepatnya membutuhkan mahasiswa UGM agar dapat membawa indonesia kedepannya menjadi bangsa yang maju, membawa manfaat untuk masyarakat luas, dan berharap mahasiswa UGM bisa memilah mana yang baik dan mana yang buruk di era globalisasi ini.
Era globalisasi memang tidak bisa di dasarkan selalu membawa dampak yang negatif bagi kita, namun dalam hal ini menurut saya eksistensi dari globalisasi tersebut lebih dominan kearah negatif, banyak contoh kasus yang dapat kita temukan, yaitu : maraknya seks bebas dikalangan remaja, yang saat ini dianggap bukan hal yang tabu lagi bagi masyarakat modern, perkembangan pornografi yang tak terhingga, yang dengan kemajuan teknologi yang canggih banyak dikonsumsi oleh anak dibawah umur dengan murah, bebas dan mudah, tingkat penggunaan narkoba, alkohol, miras oplosan, dan obat-obat terlarang yang sangat memprihatinkan. Kita sebagai bangsa Indonesia, telah ditargetkan para mafia dalam jaringan pengedaran narkoba. Maka dari itu, mahasiswa UGM maupun alumni dari UGM juga harus turut andil dalam permasalahan bangsa Indonesia.
Kita sebagai perhimpuan mahasiswa UGM perlu membangun ulang kembali pondasi pola berfikir kita, sebagai pengemban tugas berat penerus cita-cita bangsa yang beradab sesuai dengan perilaku kita sebagai orang timur. Langkah awal yang harus dilakukan menurut saya adalah coba kita gali terlebih dahulu potensi-potensi yang terdapat pada bangsa kita, masih banyak potensi yang belum kita gali, yang sebenarnya hal tersebut sangat berpengaruh bagi kita untuk tetap menjaga dan melestarikan eksistensi kultur sosial budaya bangsa indonesia, jangan jadikan budaya barat (dalam hal ini masuk melalui era globalisasi) sebagai pelindung pola pikir, karena dari pola berfikir inilah nantinya perilaku kita dalam kehidupan sehari-hari secara akan tidak akan terpengaruh dengan pola kehidupan budaya barat yang bebas. Tunjukkaan bahwa kita sebagai bangsa yang besar dengan keanekaragaman kultur sosial budaya mampu bersaing dengan mereka, dengan menerapkan pola fikir kritis.


Sarwono, Sarlito Wirawan. 1978. Perbedaan antara Pemimpin & Aktifitas dalam Gerakan Protes Mahasiswa. UI-Press. Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar