MAHASISWA YANG LAHIR ERA GLOBALISASI

Sebelum
membahas peran mahasiswa di era globalisasi, kita perlu mengetahui arti dari
kata mahasiswa tersebut. Mahasiswa adalah orang yang belajar diperguruan
tinggi. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989). Mahasiswa menurut Knopfemacher
dalam Sarwono, 1978) adalah merupakan insan-insan
calon sarjana yang dalam keterlibatannya dengan perguruan tinggi (yang makin
menyatu dengan masyarakat), di didik dan di harapkan menjadi calon-calon intelektual. Jadi mahasiswa adalah pelajar yang sedang
menuntut ilmu di suatu perguruan tinggi, membawa nama almamater kampus
mengikuti dinamika akademik dalam setiap periode dengan sistem semester.
Kita telah
mengetahui sedikit apa itu mahasiswa.
Selanjutnya akan di bahas menganai perannya di era globalisasi sekarang. Mahasiswa memiliki
peran agen of change yaitu generasi
yang membawa perubahan, selain itu mahasiswa juga meruakan calon pemimpin di masa yang
akan datang. Dalam era globalisasi ini, kita dapat menemukan mulai dari satuan,
puluhan, ribuan, ratusan, bahkan jutaan mahasiswa dunia terjerumus ke dalam
pergaulan yang tidak benar.. Karena mahasiswa sebagai agen perubahan dan pemimpin di masa
depan, maka banyak harapan yang mengalir kepada mahasiswa, agar membentengi dirinya dari tindakan negatif, apapun yang bersifat
haram, dan yang pasti berhati-hati dengan budaya barat, yang terus menerus masuk ke Negara
Indonesia tersebut. Kepemimpinan mahasiswa saat ini ditunggu oleh masyarakat,
baik saat ia masih mahasiswa maupun saat ia sudah menjadi alumni perguruan tinggi. Saat menjadi
mahasiswa, kepemimpinan ini bisa dilatih dan dibentuk, adalah tanggung jawab
lembaga kemahasiswaan untuk mampu menciptakan sebanyak-banyaknya mahasiswa yang
memiliki karakter pemimpin dengan berbagai macam aktivitas.
Untuk mahasiswa UGM sendiri, diharapkan mampu meregenerasi kepemimpinan yang masih kurang baik, sehingga terbentuk banyak calon pemimpin masa
depan negeri ini yang mempunyai nilai, kemampuan, potensi yang layakk
dalam membangun, memimpin, memperjuangkan negeri ini. Selain itu, mahasiswa juga bisa
memimpin masyarakat dengan membangun opini yang positif dan solutif sehingga
memberikan inspirasi kepada masyarakat untuk bergerak, berubah, dan
memperbaiki dan koreksi apa yang salah dalam diri sendiri agar menjadi warga
negara yang maju.
Negara
Indonesia bukan lagi “sangat
berharap”, tetapi lebih
tepatnya membutuhkan
mahasiswa UGM
agar dapat membawa indonesia kedepannya menjadi bangsa yang maju, membawa manfaat untuk
masyarakat luas,
dan berharap mahasiswa UGM bisa memilah mana yang baik dan mana yang buruk di era
globalisasi ini.
Era
globalisasi memang tidak bisa di dasarkan selalu membawa dampak yang negatif bagi kita,
namun dalam hal ini menurut saya eksistensi dari globalisasi tersebut lebih dominan kearah negatif, banyak contoh kasus yang dapat kita temukan, yaitu : maraknya
seks bebas dikalangan remaja, yang saat ini dianggap bukan hal
yang tabu lagi bagi masyarakat modern, perkembangan pornografi yang tak terhingga, yang dengan kemajuan teknologi yang canggih banyak dikonsumsi oleh anak
dibawah umur dengan murah, bebas dan mudah, tingkat penggunaan narkoba, alkohol, miras oplosan, dan obat-obat terlarang yang sangat memprihatinkan. Kita sebagai bangsa Indonesia, telah ditargetkan para
mafia dalam jaringan pengedaran narkoba. Maka dari itu, mahasiswa UGM maupun
alumni dari UGM juga harus turut andil dalam permasalahan bangsa Indonesia.
Kita sebagai perhimpuan mahasiswa UGM perlu membangun ulang kembali pondasi pola berfikir kita, sebagai pengemban tugas berat penerus cita-cita bangsa yang beradab
sesuai dengan perilaku kita sebagai orang timur. Langkah awal yang harus dilakukan menurut saya adalah coba
kita gali terlebih dahulu potensi-potensi yang terdapat pada bangsa kita, masih banyak potensi yang belum kita
gali, yang sebenarnya hal tersebut sangat berpengaruh bagi kita untuk tetap menjaga dan melestarikan eksistensi
kultur sosial budaya bangsa indonesia, jangan jadikan
budaya barat (dalam hal ini masuk melalui era globalisasi) sebagai pelindung pola pikir, karena dari pola berfikir inilah nantinya perilaku kita dalam kehidupan
sehari-hari secara akan tidak akan terpengaruh dengan pola kehidupan budaya barat yang bebas. Tunjukkaan bahwa kita sebagai bangsa yang besar dengan keanekaragaman kultur sosial
budaya mampu bersaing dengan mereka, dengan menerapkan pola fikir kritis.
Sarwono,
Sarlito Wirawan. 1978. Perbedaan antara
Pemimpin & Aktifitas dalam Gerakan Protes Mahasiswa. UI-Press.
Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar